Ditulis oleh: Indra
Editor: Boris
Sebelum berangkat lebih jauh menapaki kancah internasional, tantangan pertama yang harus dihadapi oleh komunitas-komunitas Underground di Indonesia ialah memunculkan dirinya ke ‘permukaan’. Ada perjalanan panjang yang mengupayakan musik-musik Underground semacam Metal ataupun Punk dapat diterima di masyarakat. Dari berbagai macam aspek, media menjadi salah satu kunci dari keberhasilan gerakan ini.
Sebagaimana telah dijelaskan pada artikel sebelumnya, pada paruh 2000-an awal informasi rilisan maupun gigs dari komunitas-komunitas Underground yang sebelumnya hanya tersebar secara internal mulai mendapat tempat di media mainstream. Setelah bergerilya melalui Zine, siaran Eben dan Irvine di Radio CBL menandai invasi ini. Meski baru sekadar program, namun kehadiran Radio Distorsi ini mulai memberikan ruang informasi skena Underground untuk dapat lebih luas dikonsumsi oleh masyarakat.
Berkat program siaran tersebut, aktivitas serta karya dari komunitas ini semakin mendapat tempat untuk di terdengarkan, yang memantik geliat mereka untuk semakin memanas. Singkat kata, periode ini merupakan awal penanjakan popularitas dari komunitas-komunitas underground ini. Hal ini terbukti dari memuncaknya popularitas GOR Saparua sebagai venue dari berbagai gigs ini. GOR Saparua yang telah dijadikan venue dari berbagai gigs independent sejak 90an mencapai puncak kejayaannya pada periode ini, meski kemudian terjegal oleh kasus AACC 2008 sehingga tak lagi mengizinkan ruang tersebut digunakan sebagai venue dari acara musik arus Underground.
Peristiwa AACC pada 2008 inilah yang kemudian menjadi momen tolak balik komunitas Underground di Bandung untuk lebih serius dalam menggarap segala sesuatunya. Kerusuhan yang terjadi pada showcase Beside yang berlangsung di New Majestic Braga begitu tragis bahkan hingga membuahkan korban jiwa. Pasca peristiwa tersebut dunia musik Underground yang sedang terus menanjak harus rela terpuruk bersama dengan dipersulitnya izin acara hingga stigma negatif yang terus tertancap. Persis 2 hari setelah peristiwa tersebut, pihak pengurus GOR Saparua mengeluarkan pernyataan yang menolak mengizinkan gelaran acara musik Underground diselenggarakan kembali disana. Meski dalih yang dikeluarkan ialah karena tidak tertibnya komunitas-komunitas tersebut, namun kuat kemungkinan hal ini turut disebabkan oleh imbas dari tragedi tersebut. Karenanya, komunitas-komunitas ini harus bahu-membahu bersama untuk dapat memulihkan citra ini agar dapat kembali hidup dan terus berkembang.
Upaya menghapus citra buruk ini terus-menerus dilakukan salah satunya melalui program Extreme Moshpit ini. Selain terus memasyarakatkan musik-musik Underground, siaran yang tersiar melalui Radio Oz inipun berupaya untuk memudarkan noda tersebut. Program ini menjadi tumpuan besar untuk meng-counter upaya dari media-media arus utama untuk menyudutkan skena Underground. Salah satu hal yang dikeluhkan pada pasca-tragedi ini ialah kesulitan komunitas ini untuk mengklarifikasi tragedi tersebut pada kanal yang mereka miliki. Kiranya kebutuhan inilah yang kemudian coba dipenuhi melalui Extreme Moshpit, sebagai infrastruktur pendukung komunitas yang amat perlu dipenuhi.
Seluruh upaya yang dilakukan komunitas-komunitas ini akhirnya dapat membuahkan hasil pada 2011 dengan terlaksananya Bandung Berisik. Setelah sekian lama tersendat oleh perizinan, akhirnya sebuah festival musik keras dapat kembali terlaksana. Setelah vacuum sekian lama dan hanya dapat bergantung pada gigs-gigs kecil, Bandung Berisik menjadi momen besar untuk kembali menyatakan eksistensi musik Underground yang sekian lama telah dibekukan. Dengan persiapan yang lebih matang, Bandung Berisik juga menunjukan kesiapan komunitas-komunitas terkait untuk naik ke level berikutnya. Dengan terlengkapinya berbagai aspek pendukung seperti keberadaan media semacam Extreme Moshpit, crew organizer, hingga merchandising, komunitas-komunitas ini telah menjadi utuh dan lebih siap untuk menjajaki pasar mainstream.
Hingga setelah 12 tahun berselang pasca peristiwa AACC tersebut, geliat skena musik Underground terus berkembang dan tak kunjung surut. Gelaran festival besar pun terus menerus hadir seperti Bandung Blasting, Hellprint, Cimahi Bergetar dan berbagai nama lainnya. Tak berhenti hanya pada festival lokal, berbagai unsur pun turut berkembang termasuk Extreme Moshpit yang telah dapat berdiri tanpa perlu menumpang pada radio lain bahkan hingga merambah dunia audio-visual dengan hadirnya Extreme Moshpit TV. Selain itu, band-band yang tumbuh di komunitas inipun telah bolak-balik mengisi festival-festival besar dalam negeri bahkan hingga merambah kancah global.
Dengan sejarah panjang perkembangan skena Underground ini beserta pasang dan surutnya, kiranya sudah saatnya industri musik keras ini menapaki ranah yang lebih besar lagi. Dengan bersatunya komunitas-komunitas ini, maka metal Indonesia harus semakin bersiap untuk segera terjun ke industri metal internasional.